Kamis, 12 Mei 2011

NABI MUSA BERTEMU JODOH DI MADYAN


“Ya Tuhanku selamatlkanlah aku  dari segala tipu daya orang orang yang zhalim“. Dengan berdo’a kepada Allah, keluarlah nabi Musa dari kota Mesir seorang diri , tiada kawan selain cahaya Allah, tiada pembantu selain hidayah-Nya, tiada bekal selain Bekal iman dan taqwa kepada Allah.

Satu satunya yang menjadi penghibur bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan negeri kelahirannya ialah bahwa Allah telah menyelamatkannya dari buruan kaum fir’aun yang kejam dan zhalim.

Setelah menjalani perjalanan selama delapan hari delapan malam dengan kaki ayam, tanpa alas kaki sehingga terkelupas  kedua kulit telapak kakinya, sampailah nabi Musa as di kota Madyan. Kota Madyan adalah kota tempat nabi Syu’aib As yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestina.

Untuk menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, nabi Musa As beristirahat di bawah  pohon yang rindang. Ia merenung seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerjaan kini telah menjadi seorang pelarian dan buronan kerajaan. Dia tiadak tahu kemana harus pergi, kepada siapa dia harus bertemu sedangkan ditempat yang baru ia datangi ini tak seorang pun yang dia kenal, tiada sahabat dan sanak saudara.

Dalam keaadan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak desakan mengelilingi sebuah sumber air untuk memberi minum ternak mereka masing masing. Tidak jauh dari kerumunan itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minum kepada ternaknya, jika para penggembala laki laki itu sudah selesai dengan tugasnya.

Nabi Musa As merasa kasihan melihat kedua gadis yang sedang menantikan giliran itu, lalu dihampirinya dan bertanya kepada kedua gadis tersebut.

“Apakah gerangan  yang kamu tunggu di sini ?’

“Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternak kami namun kami tidak dapat berdesak desakan dengan laki laki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai semua memberi minum ternak mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, apalagi hendak dating ke sini.” jawab salah seorang dari kedua gadis itu.

Tanpa sepatah katapun lalu nabi Musa As mengambil timba ke dua gadis itu dan mengambil air di tempat laki laki yang berdesak desakan. Tak lama kemudian nabi Musa telah kembali kepada kedua gadis itu dengan membawa air yang penuh pada ember yang diambilnya tadi. Sementara di sekitar sumber air tersebut masih padat dengan desakan penggembala.

Sesampainya di rumah kedua gadis itu bercerita kepada ayah mereka Nabi Syu’aib tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang telah menolong mereka tanpa diminta sehingga mereka dapat lebih cepat pulang dari yang biasanya. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menyatakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa

  "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit makanan yang Engkau turunkan kepadaku."

Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya

 "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekedar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternak kami."

Nabi Musa As sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.

Dalam perbincangan dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu,  Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya di Mesir sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan negerinya mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.

Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: 

"Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan kejam  itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, engkau  tinggallah di sini dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."

Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. sehingga telah menimbulkan ide di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka.  

Berkatalah gadis itu kepada ayahnya:

 "Wahai ayah !,  Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan peternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercaya."

Saran gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis dan perilaku yang hormat dan sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.

Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya :

"Wahai Musa! Tertarik akan  sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantuku, menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskawinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama delapan tahun menguruskan penternakan kami dan urusan  rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepadamu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas delapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."

Nabi Musa sebagai buronan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tiada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib itu sebagai karunia dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu'aib:

 "Aku merasa sangat bahagia, bahwa tuan berkenan menerimaku sebagai menantu, semoga aku tidak menghampakan harapan tuan yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada puterinya. Syarat kerja yang tuan kemukakan sebagai maskawin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dan dengan senang hati."

Setelah delapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dinikahkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan pengantin baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, peternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda. 

Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sehingga ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 28 yang berbunyi sebagai berikut :~


Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”.
QS. al-Qashash (28) : 22

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya. Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.
QS. al-Qashash (28) : 23

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
QS. al-Qashash (28) : 24

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syuaib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”.
QS. al-Qashash (28) : 25

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
QS. al-Qashash (28) : 26

Berkatalah dia (Syuaib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.
QS. al-Qashash (28) : 27

Dia berkata: “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”.
QS. al-Qashash (28) : 28

7 komentar:

  1. Salam tuan, tidak ada dalil yang sahih dari Quran atau hadith nabi yang mengatakan Nabi Musa bertemu Nabi Shuaib. =) Semoga kite terpelihara dari menyebarkan perkara yang tidak pasti kebenarannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berkatalah dia (Syuaib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.
      QS. al-Qashash (28) : 27

      Dia berkata: “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”.

      Hapus
    2. Terima kasih saudara, tapi tidaklah tersebut di dalam Al-Quran laki-laki yang dimaksudkan itu adalah Nabi Shuaib. Itu hanyalah menurut pandangan setengah pentafsir. Adapun disebut dalam riwayat2 israeliat yang tidak bisa dipastikan kesahihannya. Sama seperti kisah isteri pembesar mesir yang sering di sebut zulaikha. Tidak ada sebarang nas atau hadis yang sahih juga. Wallhua'lam :D

      Hapus
    3. Terima kasih saudara, tapi tidaklah tersebut di dalam Al-Quran laki-laki yang dimaksudkan itu adalah Nabi Shuaib. Itu hanyalah menurut pandangan setengah pentafsir. Adapun disebut dalam riwayat2 israeliat yang tidak bisa dipastikan kesahihannya. Sama seperti kisah isteri pembesar mesir yang sering di sebut zulaikha. Tidak ada sebarang nas atau hadis yang sahih juga. Wallhua'lam :D

      Hapus
    4. utk lebih yakin nya bahwa kisah ini benar. nabi musa as menikah dg putrinya nabi syu'aib. coba cari kajian pemuda hijrah judulnya menjomlo, ustadz yg menyampaikannya ust hanan ataki. beliau jurusan ushuluddin di al azhar kairo.
      kita yg tdk tau bnyk ilmu sebaiknya kan mencari guru yg jelas drmn ia mengambil sumber² ilmu tersebut (sanad).

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Maaf, Mungkin bisa dikoreksi ulang surat Al Qhashas itu bukan juz 28 tapi surat ke 28. JUznya yang benar yaitu juz 20

    BalasHapus